Minggu, 11 November 2012

Etika Bisnis dalam berbisnis

ETIKA BISNIS DALAM BERBISNIS

kegiatan berbisnis yang dilakukan individu maupun organisasi sangatlah menjadi sebuah bagian yang dianggap cukup penting dalam proses berkehidupan. Hal ini tidak lain karena dengan berbisnis individu maupun organisasi itu akan mencapai apa yang menjadi tujuannya, seperti mencapai profit (laba), sarana mencari nafkah hidup, saran menumbuhkan kepedulian kepada sesama, mencari komunitas, berasosiasi dsb.
Tentunya pula dalam perjalanan bisnis yang dilakoni seseorang mesti pula memperhatikan etika yang tepat, menyesuaikan dengan norma dan aturan yang berlaku. Akan menjadi sebuah kesalahan fatal tentunya ketika etika itu tidak lagi diperhatikan dalam berbisnis, nilai-nilai positif yang semestinya terkandung harus terhempas begitu saja, tanpa adanya keprihatinan dalam memposisikan etika sebagai pedoman dalam berbisnis.
Kesaling tergantungan antara bisnis dan masyarakat mungkin ada sebagian masyarakat yang belum mengenali apa itu etika dalam berbisnis. Bisa jadi masyarakat beranggapan bahwa berbisnis tidak perlu menggunakan etika, karena urusan etika hanya berlaku di masyarakat yang memiliki kultur budaya yang kuat. Ataupun etika hanya menjadi wilayah pribadi seseorang. Tetapi pada kenyataannya etika tetap saja masih berlaku dan banyak diterapkan di masyarakat itu sendiri. Bagaimana dengan di lingkungan perusahaan? Perusahaan juga sebuah organisasi yang memiliki struktur yang cukup jelas dalam pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar pribadi maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Dengan begitu kecenderungan untuk terjadinya konflik dan terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik dalam tataran manajemen ataupun personal dalam setiap team maupun hubungan perusahaan dengan lingkungan sekitar. Untuk itu etika ternyata diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan, demi kepentingan perusahaan itu sendiri Oleh karena itu kewajiban perusahaan adalah mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat.
Terdapat dua pandangan tanggung jawab sosial :
1. Pandangan klasik : tanggung jawab sosial adalah bahwa tanggung jawab sosial manajemen hanyalah memaksimalkan laba (profit oriented). Pada pandangan ini manajer mempunyai kewajiban menjalankan bisnis sesuai dengan kepentingan terbesar pemilik saham karena kepentingan pemilik saham adalah tujuan utama perusahaan.
2. Pandangan sosial ekonomi : bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekedar menghasilkan laba, tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Pada pandangan ini berpendapat bahwa perusahaan bukan intitas independent yang bertanggung jawab hanya terhadap pemegang saham, tetapi juga terhadap masyarakat.
Perilaku bisnis terhadap etika dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :
a.       Pengendalian diri
b.      Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
c.       Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
d.      Menciptakan persaingan yang sehat
e.       Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
f.        Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
g.       Mampu menyatakan yang benar itu benar
h.      Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah
i.         Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
j.         Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
Sikap tegas untuk memegang teguh etika dalam kehidupan berbisnis tidak serta merta hanya dipegang oleh satu atau dua orang, melainkan harus ada kekompakan/kesatuan dalam berprinsip dalam menjunjung etika tersebut. Karena etika yang hanya dipegang kuat oleh satu atau dua orang jika tidak diikuti secara menyeluruh oleh individu-individu lainnya, maka sangat wajar jika nantinya tidak ada keselarasan dalam menerapkan etika tersebut.
Yang mesti untuk kita pahami bahwa berbisnis tidak hanya semata-mata  dengan berambisi hanya mencari keuntungan individu atau golongan, namun sebaliknya bisnis mesti pula mampu peka terhadap lingkungan eksternal, baik itu konsumen, masyarakat disekitar tempat bisnis, sampai pada aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Semua hal itu akan tercakup ketika individu atau golongan tersebut dengan penuh kesadaran mampu mementingkan pentingnya sebuah etika dalam berbisnis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar