SITUASI
PEREKONOMIAN INDONESIA
TUGAS
SOFTSKILL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“KETAHANAN
NASIONAL”
Nama : Pramita
Prasetyaningrum
NPM : 14209386
Jurusan
: Manajemen
Dosen :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
1. ERA SEBELUM
1966
Sekitar
dua puluh tahun pasca kemerdekaan, perekonomian Indonesia kurangmenggembirakan
karena pergantian kabinet yang tidak menentu. Sehingga berpengaruh bagiroda
perekonomian Indonesia. Dimana pertumbuhan ekonomi pada saat itu adalah
cukupmenggembirakan dengan laju 6,9 % dalam periode 1952-1958, dan turun
drastis pada tahunhanya berkisar 1,9 % pada
tahun 1960-1965. Akibat dari pertumbuhan perekonomian tersebutmaka mempunyai
dampak terhadap anggaran belanja negara yang terus membenggkak daritahun
ke tahun. Dan semakin terjadinya inflasi terhadap harga barang-barang mencapai
650%dalam jangka beberapa tahun.
Pada
masa orde lama ditandai dengan berbagai fenomena yaitudengan adanya menasionalisasi
perusahaan asing, kekurangan kapital, kebijakan anti-investasi,hilangnya pasang
pasarsejumlah komoditas dalam perdagangan internasional, dantekanan atas neraca
pembayaran yang mengakibatkan depresiasi rupiah.Selama periode tahun 1950-1965,
instrumen utama kebijakan moneterdalam negeri adalah penetapan stipulasi
premi impordan persyaratan minimum modall sendiri bagi permohonankredit. Dalam
tahun 1965, sebuah kejanggalan lain menambah sejarah sistem
moneter Indonesia. Menteri untuk urusan bank sental adalah Gubernur Bank
Indonesia,menggabungkan semua bank milik pemerintah (termasuk bank indonesia
sendiri). Kedalam satu wadah yang disebut sebagai Bank berjuang. Tujuannya
adalah untuk mengelola danmengendalikan langsung aktivitas dan sistem perbankan
oleh satu tangan yaitu tangan pemerintah serta dalam melaksanakan gagasan
“ekonomi terpimpin” yang dilancarkan oleh pemerintah saat itu.
2. MASA PERALIHAN 1966-1968
Pada
rezim baru ini mewarisi keadaan perekonomian yang porak peranda yaitu:
- Ketidakmampuan memenuhi kewajiban
utang luar negeri sebesar lebih dari US$ 2 miliar dolar.
- Penerimaan ekspor yang hanya
setengah dari pengeluaran untuk impor barang dan jasa.
- Ketidakberdayaan mengendalikan
anggaran belanjadan memungut pajak.
- Laju inflasi
secepat 30-50% per bulane.
Buruknya
kondisi prasarana perekonomian serta penurunan kapasitas produktif sektor industri dan ekspor dalam menghadapi
keadaan seperti itu maka ada langkah-langkah yang harus dilakukanyaitu:
-
Memerangi
hiperinflasi.
-
Mencukupkan
stok bahan pangan, khususnya beras.
-
Merehabilitasi
prasarana perekonomin.
-
Meningkatkan
ekspor.
-
Menyediakan/menciptakanlapangan
kerja.
-
Mengundang kembali investasi asing
Secara
keseluruhan, program ekonimi pemerintah orde baru ini dibagi menjadi dua jangka
waktu yang saling berkaitan, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Program
ekonomi jangka pendek adalah:
-
Tahap penyelamatan (juli- desember 1966)
-
Tahap
rehabilitasi (januari- juni 1967)
-
Tahap
konsolidasi (juli- desember 1967)
-
Tahap stabilisasi (januari- juni 1968)
Program
jangka pendek ini diikuti dengan program jangka panjang, terdiri atas
rangkaianRencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dimulai pada bulan
April 1969.
BAB II
PEMBAHASAN
1. DI MASA ORDE LAMA
Masa Orde lama dimulai dari tanggal 17 Agustus 1945 saat Indonesia
merdeka. Pada Saat itu keadaan ekonomi Indonesia mengalami stagflasi (artinya
stagnasi produksi atau kegiatan produksi terhenti pada inflasi yang tinggi).
Indonesoa pernah mengalami system politik yang demokratis yakni pada periode
1949-1956. Pada tahun tersebut terjadi konflik politik yang berkepanjangan
dimana rata-rata umur cabinet hanya dua tahun sehingga pemerintah yang berkuasa
tidak focus memikirkan masalah-masalah social dan ekonomi Indonesia masih
peninggalan jaman colonial, struktur ini disebut dual society dimana sruktur
dualism menerapkan diskriminasi dalam setiap kebijakan baik yang langsung
maupun tidak langsung.
Keadaan
ekonomi Indonesia menjadi bertambah buruk dibandingkan pada masa penjajahanBelanda.
Hal ini dikarenakan terjadi nasionalisasi terhadap semua perusahaan asing di
tanah air. Nasionalisasi perusahaan
asing yang dilakukan pada tahun 1957 dan 1958 adalah awal periode“Ekonomi
Terpimpin” dengan haluan sosialis/komunis. Sebenarnya politik ini hanya
merupakansatu refleksi dari perasaan anti colonial, anti impralisme, dan anti
kapitalisme pada saat itu. Padaakhir September 1965, ketidakstabilan politik
Indonesia mencapai puncaknya dengan terjadinya kudeta yang gagal. Sejak saat itu, sistem ekonomi yang dianut Indonesia mengalami perubahandari
pemikiran sosialis ke semikapitalis yang dalam pelaksanaannya mengakibatkan
munculnya kesenjangan ekonomi
yang semakin besar.
Periode ekonomi ini dimulai sejak proklamasikemerdekaan
hingga jatuhnya Presiden Soekarno.Perekonomian
Indonesia bisa dikatakan sebagai ekonomi perang, karena pada waktu itu masihterjadi
perang antara kaum revolusioner dengan pemerintahan Belanda yang dibantu
Inggris dan Australia. Situasi politik dalam
negeri menjadi tidak kondusif untuk kemajuan perekonomian.Terjadi banyak
pertentangan politik, muncul banyak partai, adanya keinginan negara
kesatuanmaupun negara federasi serta negara agama. Situasi ini menarik
perhatian republik sehinggahubungan dengan pemerintah Belanda makin memburuk
2. ORDE
BARU
Pemerintahan Orde Baru pasa
masa pimpinan Presiden Soeharto, orde baru hadir dengan semangat “koreksi
total” atas penyimpangan yang dilakukan Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari
tahun 1968-1998. Dalam jangka tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski
hal ini disertai prektek korupsi yang merajalela di Negara. Selain itu
kesenjangan antara rakyat yang kaya dengan yang miskin semakin melebar.
Pada tahun 1968 MPR secara resmi melantik Soeharto sebagai
Presiden untuk jabatan 5 tahun, dan beliau kemudian dilantik kembali secara
berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden
Soeharto melakukan pergerakan untuk kesenjangan antara rakyat kaya dan miskin
dalam bergabai bidan, antara lain : Politik dramatis, politik yang mengubah
kebijakan luar negri dan dalamnegri dari jalan yang di tempuh Soekarno pada
akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan petama yang dilakukannya adalah
mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB. Pada tanggal 19 September 1966
mengumumkan bahwa Indonesia “bermaksud unutk melanjutkan kerjasama dengan PBB
dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB”. Adapun kelebihan dan
kekurangan pada masa orde baru yaitu :
a. Kelebihan
system Pemerintahan Order Baru, yaitu
-
Perkembangan GDP per kapita Indonesia pada
tahun 1968 hanya AS $70 dan pada tahun 1996 telah mencapai lebih dari AS $1.000
-
Suskses Transmigrasi
-
Sukses KB
-
Sukses memerangi buta huruf
-
Sukses swasembada pangan
-
Pengangguran minimum
-
Sukses REPELITA
-
Sukses gerakan wajib belajar
-
Sekses gerakan nasional otang tau asuh
-
Sukses keamanan dalam negri
-
Investor asing mau menanamkan modal di
Indonesia
-
Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta
produk dalam negri
b. Kekurangan
Sistem Pemerintahan Orde Baru
-
Maraknya korupsi, kolusi, nepotisme
-
Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan
timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah
-
Munclnya rasa ketidak puasan di sejumlah daerah
karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh danPapua
-
Kecemburuan antara penduduk setemat dengan para
transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada
tahun-tahun pertama
-
Bertambahnya kesenjangan social (perbedaan
pendapatan yang tidak merata antara kaya dan miskin)
-
Kritik dibungkam dan oposisi di haramkan
-
Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh
banyak keamanan, antara lain dengan program “Penembakan Misterius” Petrus
-
Tidak ada rencana susksesi (penurunan kekuasaan
ke pemerintah )
Pada pertengahan 1977 Indonesia diserang
krisis keuangan dan ekonomi Ansi dan disertai kemarut terburuk dalam 50 tahun
terakhir, untuk harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin
jatuh. Rupiah jatuh dan inflasi meningkat tajam dan perpindahan modal
dipercepat. Pada demonstran yang awalnya dipimpin para mahasiswa mengundurkan
diri dari Soeharto. Ditengah gejolak kemarahan masa yang meluas, Soekarno
mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya unutk
masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden B.J Habibie
untuk menjadi Presiden ketiga Indonesia
3.
KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI
Kondisi ekonomi eksternal dan sejumlah faktor internal membuat ekonomi
Indonesia tahun 2013 masih belum pasti. Dari sisi eksternal, pelambatan ekonomi
kawasan euro akan menurunkan permintaan dan harga komoditas. Dari sisi
internal, keengganan pemerintah menekan subsidi bahan bakar minyak membuat
pembangunan infrastruktur terhambat sehingga biaya logistik membengkak.
Tantangan lain adalah masalah perburuhan. Aktivis buruh masih akan
menggelar unjuk rasa soal kesejahteraan tahun depan yang tinggal lima hari
lagi. Kalangan pengusaha juga memberikan sinyal akan melaksanakan pemutusan
hubungan kerja (PHK) massal. PHK massal akan menyebabkan pengangguran, yang
pada gilirannya juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Latif Adam, di Jakarta, Rabu (26/12/2012), mengatakan, setidaknya ada
empat ancaman yang menghadang pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan, yakni
faktor politik, inflasi, krisis di kawasan euro, dan hubungan industrial.
”Tahun depan adalah tahun politik, yang akan mengurangi gerak menteri ekonomi
yang berasal dari partai politik,” katanya.
Latif menjelaskan, krisis di kawasan euro, yang belum juga selesai, masih
akan berdampak pada penurunan ekspor. ”Permintaan menurun, harga komoditas pun
ikut turun. Beruntung Indonesia tidak terlalu mengandalkan pertumbuhan ekonomi
pada ekspor, tetapi konsumsi domestik. Ironisnya, penurunan ekspor justru
diikuti peningkatan impor,” ujar Latif.
Berkaca pada pengalaman tahun 2012, pada periode Januari-Oktober nilai
impor mencapai 159,18 miliar dollar AS atau meningkat 9,35 persen jika
dibandingkan dengan impor periode yang sama tahun sebelumnya. Data Badan Pusat
Statistik itu juga menyebutkan, ekspor Januari-Oktober 2012 mencapai 158,66
miliar dollar AS atau turun 6,22 persen dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2011. Peningkatan impor periode tersebut disebabkan oleh kenaikan impor
gas bumi sebesar 109,5 persen menjadi 2,4 miliar dollar AS dan lonjakan impor
nonminyak dan gas bumi (migas) sebesar 11,1 persen menjadi 124,4 miliar dollar
AS. Sebagian besar impor berasal dari negara-negara ASEAN (21,35 persen), China
(19,23 persen), dan Jepang (15,54 persen).
Data neraca pembayaran Bank Indonesia menyebutkan, neraca perdagangan
migas masih negatif pada triwulan III-2012. Pada triwulan III-2012, defisit
neraca perdagangan migas tercatat sebesar 1,0 miliar dollar AS, sedikit lebih
rendah dari defisit 1,2 miliar dollar AS pada triwulan sebelumnya. Penyebabnya
adalah konsumsi BBM bersubsidi yang naik sehingga impor minyak masih relatif
tinggi.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance
(Indef) Ahmad Erani Yustika menyebutkan, Indef memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi nasional tahun 2013 berkisar 6,3 persen sampai 6,5 persen. Perkiraan
itu lebih rendah daripada asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
2013 yang sebesar 6,8 persen. Bank Dunia dan BI juga memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi tahun depan 6,3 persen. Bank Pembangunan Asia memproyeksikan
pertumbuhan ekonomi tahun depan 6,3 persen-6,7 persen.
Namun, kata Erani, proyeksi pertumbuhan ekonomi itu akan sulit tercapai
jika kemudian harga minyak mentah di pasar internasional tahun depan melambung
sangat tinggi dan pemerintah tidak mempunyai pilihan lain kecuali menaikkan
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini akan mengubah beberapa
asumsi tersebut karena kenaikan harga minyak akan meningkatkan inflasi dan suku
bunga sehingga investasi akan menurun.
Tahun depan, Erani memperkirakan, pertimbangan politis akan jadi lebih
menonjol dalam kebijakan ekonomi sehingga sulit bagi pemerintah untuk
menerapkan kebijakan yang tidak populer, seperti menaikkan harga BBM
bersubsidi.
Persoalannya,
kata Erani, pemerintah masih tetap mempertahankan subsidi BBM. Padahal, subsidi
tersebut sudah sangat membebani APBN dan mengurangi porsi anggaran untuk
infrastruktur. Data Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Agus
Suprijanto menunjukkan, subsidi BBM per 21 Desember 2012 sebesar Rp 186,7
triliun atau 135,9 persen dari pagu APBN.
Hanya
mengendalikan
Tahun depan pemerintah memastikan hanya akan mengendalikan konsumsi BBM
bersubsidi. Pengendalian BBM bersubsidi itu dibahas dalam rapat koordinasi BI
dan pemerintah di Gedung BI, Jakarta, Rabu. Rapat dihadiri Gubernur BI Darmin
Nasution, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, dan Menteri Keuangan
Agus Martowardojo.
”Kami betul-betul bicara soal pengendalian BBM bersubsidi itu,” kata Agus
Martowardojo seusai rapat. Hatta Rajasa, yang dicegat terpisah di Gedung BI,
menambahkan, pengendalian BBM bersubsidi itu bisa menggunakan sistem teknologi
informasi yang dipasang di setiap stasiun pengisian bahan bakar untuk umum.
Dengan sistem itu, kebutuhan kendaraan bisa ”dikunci” sesuai jatahnya. ”Sistem
ini bisa menghemat subsidi Rp 10 triliun setahun,” kata Hatta.
Secara umum, ujar Hatta, ekonomi tahun 2013 membaik. ”Investasi dan
konsumsi masih jadi sumber pertumbuhan perekonomian utama. Ekonomi tahun 2013
optimistis,” katanya.
Agus Martowardojo optimistis inflasi tahun 2013 masih terjaga pada posisi
kurang dari 5 persen. Nilai tukar rupiah diharapkan terjaga pada Rp 9.300 per
dollar AS pada tahun 2013.
Masalah
perburuhan
Meskipun diprediksi pertumbuhan ekonomi tetap tinggi, Ketua Umum Asosiasi
Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi meminta pemerintah mewaspadai masalah dalam
pertumbuhan ekonomi tahun 2013. Kondisi dunia usaha, terutama sektor padat
karya, yang terpukul tingginya upah minimum tahun 2013, bakal memicu gelombang
PHK massal. ”Bagaimana konsumsi bisa tetap tumbuh kalau banyak pabrik tutup dan
pengangguran bertambah?” katanya.
Secara terpisah, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said
Iqbal mengatakan, jutaan buruh akan kembali berunjuk rasa sepanjang tahun 2013.
Aksi buruh dengan bendera Majelis Pekerja Buruh Indonesia ini menuntut jaminan
pensiun, jaminan kesehatan untuk rakyat, dan komponen acuan survei kebutuhan
hidup layak sebanyak 84 butir. ”Kami juga menyikapi pelaksanaan upah minimum
dan pekerja alih daya,” kata Iqbal
Kondisi perekonomian global yang masih mengalami tekanan akibat krisis
menghadapkan perekonomian Indonesia pada sejumlah tantangan yang tidak ringan
selama tahun 2009. Tantangan itu cukup mengemuka pada awal tahun 2009, sebagai
akibat masih kuatnya dampak krisis perekonomian global yang mencapai puncaknya
pada triwulan IV 2008. Ketidakpastian yang terkait dengan sampai seberapa dalam
kontraksi global dan sampai seberapa cepat pemulihan ekonomi global akan
terjadi, bukan saja menyebabkan tingginya risiko di sektor keuangan, tetapi
juga berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil domestik. Kondisi
tersebut mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem keuangan pada triwulan I
2009 masih mengalami tekanan berat, sementara pertumbuhan ekonomi juga dalam
tren menurun akibat kontraksi ekspor barang dan jasa yang cukup dalam. Kondisi
tersebut menurunkan kepercayaan pelaku ekonomi di sektor keuangan dan sektor
riil, serta berpotensi menurunkan berbagai kinerja positif yang telah dicapai
dalam beberapa tahun sebelumnya.
Menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah menempuh
sejumlah kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,
serta mencegah turunnya pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam melalui kebijakan
stimulus moneter dan fiskal. Berbagai kebijakan yang ditempuh pada tahun 2009
pada dasarnya masih merupakan lanjutan dari serangkaian kebijakan yang telah
ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah pada triwulan IV 2008. Serangkaian
kebijakan yang ditempuh tersebut tidak saja berhasil menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan, tetapi juga memperkuat daya tahan
perekonomian domestik, sehingga kegiatan ekonomi dapat kembali membaik sejak
triwulan II 2009. Keberhasilan tersebut juga tidak terlepas dari kebijakan yang
secara sistematis telah ditempuh untuk memperkuat fundamental ekonomi dan
keuangan pascakrisis 1997/1998. Secara umum, perekonomian Indonesia tahun 2009
telah mampu melewati tahun penuh tantangan tersebut dengan capaian yang cukup baik.
Meskipun melambat dibandingkan dengan tahun 2008, pertumbuhan ekonomi tahun
2009 dapat mencapai 4,5%, tertinggi ketiga di dunia setelah China dan
India. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar di tengah kontraksi
perekonomian global dapat dihindari, karena struktur ekonomi yang banyak
didorong oleh permintaan domestik. Setelah mengalami tekanan berat pada
triwulan I 2009, stabilitas pasar keuangan dan makroekonomi juga semakin
membaik sampai dengan akhir tahun 2009. Hal itu tercermin pada berbagai
indikator di sektor keuangan seperti Currency Default Swap (CDS), Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), imbal hasil (yield) SUN, dan nilai tukar yang membaik.
Sementara itu, inflasi juga tercatat rendah 2,78%, terendah dalam satu
dekade terakhir.
Berbagai capaian positif yang mampu diraih perekonomian Indonesia pada
2009 telah semakin menguatkan optimisme akan berlanjutnya proses perbaikan
kondisi perekonomian ke depan. Optimisme tersebut juga didukung oleh semakin
membaiknya prospek pemulihan ekonomi global. Meskipun demikian, dinamika
perekonomian ke depan masih dihadapkan pada sejumlah tantangan yang berpotensi
menghambat akselerasi perbaikan ekonomi. Dari sisi eksternal, tantangan
terutama berkaitan dengan dampak dari strategi mengakhiri langkah kebijakan
yang ditempuh di masa krisis (exit strategy), yang antara lain berupa
pelonggaran likuiditas dan ekspansi fiskal di negara maju. Tantangan eksternal
juga berhubungan dengan terjadinya kecenderungan polarisasi perdagangan dunia,
serta masih berlangsungnya ketidakseimbangan dalam kinerja perekonomian global.
Dari sisi domestik, tantangan berkaitan dengan beberapa permasalahan yang masih
dapat mengganggu efektivitas kebijakan moneter, seperti masih cukup besarnya
ekses likuiditas perbankan, masih besarnya peranan investasi portofolio dalam
struktur aliran modal masuk, masih munculnya potensi penggelembungan harga aset
di pasar keuangan, masih dangkalnya pasar keuangan, dan berbagai permasalahan
struktural di sektor riil.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan meningkat, sementara
stabilitas harga tetap terjaga. Prospek pertumbuhan ekonomi tersebut didukung
oleh semakin pulihnya kinerja ekspor dan mulai meningkatnya kegiatan investasi.
Membaiknya ekspor sejalan dengan perbaikan prospek perekonomian global termasuk
negara-negara maju. Meningkatnya permintaan eksternal dan menguatnya permintaan
domestik diperkirakan mendorong dunia usaha untuk mulai meningkatkan kapasitas
produksi. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan
mencapai 5,5% - 6,0% (yoy). Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat, tekanan
terhadap inflasi diperkirakan tetap terkendali dan berada pada kisaran sasaran
inflasi tahun 2010 sebesar 5% ± 1% (yoy). Dalam perspektif yang lebih panjang,
perekonomian Indonesia diprakirakan tetap membaik karena didukung oleh berbagai
upaya peningkatan kapasitas, produktivitas, dan efisiensi perekonomian secara
berkesinambungan. Akselerasi pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat dan
diprakirakan mencapai kisaran 6,5% – 7,5% (yoy) pada tahun 2014. Peningkatan
kapasitas perekonomian tersebut mendukung upaya menurunkan inflasi ke arah
sasaran inflasi jangka menengah 4% + 1% (yoy).
Kebijakan Bank Indonesia ke depan diarahkan untuk menjaga stabilitas
makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan sebagai
prasyarat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan dalam
jangka panjang. Kebijakan moneter akan diarahkan secara konsisten dengan upaya
pencapaian sasaran inflasi yang rendah baik dalam jangka pendek maupun jangka
menengah. Kebijakan perbankan diarahkan tetap memperkuat ketahanan perbankan
sekaligus meningkatkan fungsi intermediasi perbankan, serta mendorong
pendalaman pasar keuangan. Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk mendukung
penciptaan stabilitas sistem keuangan serta peningkatan efektivitas transmisi
kebijakan moneter. Selain itu, Bank Indonesia akan semakin memperkuat
koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik dalam menjaga stabilitas
makroekonomi maupun memperkuat momentum pemulihan ekonomi nasional.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari berbagai kasus yang kita
ketahui tentang perekonomian di Indonesia sejak Orde Lama hingga sekarang,
dapat di simpulkan bahwa keadaan ekonomi negara kita mengalami jatuh bangun.
Negara kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang dapat di katakan berhasil
adalah ketika pemerintahan Soeharto pada masa orde lama. Akan tetapi lambat
laun , perekonomian bangsa kita mengalami gejolak, hal ini dapat dilihat dari :
- Kemiskinan di negara kita semakin meningkat.
- Pengangguran yang semakin meningkat karena lapangan pekerjaan lebih sedikit di bandingka dengan angkatan kerja.
- Maisih ada anak-anak yang tidak bisa merasakan pendidikan.
- Semakin meningkatnya para koruptor yang bebas.
- Maih memiliki hutang ke luar negeri
DAFTAR PUSTAKA
·
Yustika, Ahmad Erani. 2002.
Pembangunan dan Krisis, Memetakan Perekonomian Indonesia.Jakarta: PT.Grasindo
·
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+Indonesia/lpi_09.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar